Jumat, 03 Mei 2013

Beranda » Rekaman suara Alexander Graham Bell kini bisa didengar

Rekaman suara Alexander Graham Bell kini bisa didengar

Washington (ANTARA News) - Sembilan tahun setelah menelpon untuk pertama kali, Alexander Graham Bell mencoba eksperimen baru, merekam suaranya dalam cakram karton berlapis lilin pada 15 April 1885 dan memberinya tanda audio: "Hear my voice - Alexander Graham Bell" (Dengar suara saya-Alexander Graham Bell).

Selama 128 tahun cakram tipis itu membisu sebagai bagian dari koleksi rekaman suara awal Smithsonian Museum, sampai pencitraan digital, ilmu komputer, transkrip tulisan tangan dan sedikit arsip kerja detektif mengonfirmasinya sebagai satu-satunya suara Bell yang terekam.
 
Carlene Stephens, kurator Smithsonian's National Museum of American History, pertama melihat cakram itu dan 400 artifak audio lain sumbangan Bell ketika Stephens bergabung dengan museum tahun 1974, tapi dia tidak berani memutarnya.

"Sifat percobaan dan kondisinya yang rapuh...membuat mereka tidak sesuai untuk pemutaran kembali," kata Stephens melalui surel kepada Reuters.

"Kami mengenali materi ini sangat signifikan pada sejarah awal perekaman tapi karena mereka dianggap tak bisa dimainkan lagi, kami menyimpannya dan berharap suatu saat ada teknologi yang memungkinkan rekaman itu diputar lagi," tulis dia.

Tahun 2008, Stephens mengetahui para ilmuwan di Lawrence Berkeley National Laboratory, California, bisa memutar lagi rekaman lagu rakyat Prancis "Au Clair de la Lune" yang dibuat tahun 1860.

Stephens kemudian menghubungi Carl Haber dari Berkeley dan Peter Alyea, ahli konversi digital di Library of Congress.

Mereka memilih enam rekaman dari koleksi itu, termasuk yang kemudian dikenali sebagai rekaman suara Bell, serta membuat citra tiga dimensinya.

"Jika Anda hanya mengambil citra regulernya (dua dimensi), Anda tidak akan mendapat informasi yang anda perlukan," kata Haber lewat telepon.

Laboratorium pemindai Berkeley menangkap informasi gigapixel, bukan hanya tinggi dan lebarnya saja, tapi juga kedalaman alur dengan tingkat pengukuran hingga 100 nanometer, atau 250 kali lebih kecil dibandingkan rambut manusia, kata Haber.

Haber dan rekannya Earl Cornell menggunakan algoritma untuk mengonversi citra tersebut menjadi suara tanpa menyentuh cakram sensitif itu. Satu sistem yang disebut IRENE/3D, kependekan dari Image, Reconstruct, Erase Noise, Etc.

Kebanyakan rekaman Bell berisi suara dengan aksen Skotlandia-nya menyebutkan serial angka-angka, kemudian angka dolar seperti "three dollars and a half," "seven dollars and 29 cents" and akhirnya, "3.785,56 dolar AS."

Ini menunjukkan bahwa Bell berpikir tentang mesin untuk rekaman bisnis, kata Stephens.

"Rekaman itu punya sejarah menarik dan penting. Ini menjawab pertanyaan tentang pribadi Bell--aksen apa yang dia gunakan? (dia seorang Skotlandia yang tinggal di Inggris, Kanada dan Amerika Serikat)... Bagaimana dia mengucapkan nama tengahnya? ('Gray-hum' bukan 'Gram')."

Pekerjaan membuktikan keaslian cakram itu dimulai dengan meneliti transkrip tulisan tangan pada rekaman yang ditandatangani Bell.

"Kami kemudian mencocokkan satu cakram karton berlapis lilin pada 15 April 1885. Ketika kami memulihkan rekaman suaranya...isinya cocok dengan transkrip, kata per kata. Ini adalah rekaman suara Bell," tulis Stephens.


http://www.antaranews.com/berita/372833/rekaman-suara-alexander-graham-bell-kini-bisa-didengar