TEMPO.CO, Bangkok - Para ilmuwan menemukan tiga spesies siput berwarna pelangi di utara dan timur laut Thailand. Kendati baru ditemukan, siput dengan warna tubuh gradasi kuning-jingga-merah cerah ini terancam punah akibat habitat batu kapur mereka dihancurkan oleh manusia.
"Siput ini menjadi contoh yang bagus untuk studi evolusi dalam lingkungan tidak stabil," ujar seorang peneliti dari tim gabungan Universitas Chulalongkorn di Bangkok dan Museum Sejarah Alam Inggris, Kamis, 18 April 2013. (baca juga: Ular Jingga di Kalimantan)
Ketiga spesies siput baru dikelompokkan ke dalam genus Perrottetia. Menurut para ilmuwan, seperti dikutip laman Dailymail, siput pelangi menunjukkan endemisitas yang luar biasa. Ini berarti siput pelangi sangat unik untuk setiap wilayah geografis.
"Satu bukit satu spesies merupakan fenomena yang sangat aneh," ujar mereka, merujuk pada setiap spesies siput yang hanya menghuni pegunungan tertentu.
Siput pelangi tergolong hewan pemakan daging. Spesies yang masih berkerabat dengan bekicot ini doyan memangsa siput lain yang lebih kecil, larva serangga, dan beberapa spesies cacing tanah.
Ancaman datang saat ekosistem kapur, yang menjadi habitat siput pelangi, semakin berkurang hingga tingkat yang mengkhawatirkan. Ekosistem yang banyak dijumpai di Thailand itu kerap dirambah manusia untuk digali batunya.
Tim ilmuwan mencatat lebih dari separuh dari ekosistem batu kapur di Negeri Gajah Putih terancam lenyap akibat tingginya akvititas eksploitasi. "Daerah ini akan terus kehilangan sumber daya keragaman hayati," ucap mereka.
DAILYMAIL | MAHARDIKA SATRIA HADI
Topik Terhangat:
Ujian Nasional | Bom Boston | Lion Air Jatuh | Kasus Cebongan
Baca juga:
EDISI KHUSUS Tipu-Tipu Jagad Maya
Sunah Rasul Hakim Setyabudi dan Gratifikasi Seks
Sopir Hakim Setyabudi Tak Tahu Suap Seks Bosnya
@SBYudhoyono Follow Artis-artis Ini
http://www.tempointeraktif.com/hg/iptek/2013/04/18/brk,20130418-474255,id.html